Selasa, 09 September 2008

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

  1. PENDHULUAN

Pada awal pekembangannya, Islam di Indonesia terutama pula Jawa yang juga pusat Kerajaan Hindu-Jawa, mengalami tantangan yang sungguh berat. Di mana pada umumnya keadaan masyarakat sudah memiliki keyakinan yang mendarah daging dengan kebudayaan Hindu yang kental. Akan tetapi perkembangan agama Islam di Indonesia terutama di Jawa menjadi pesat diantaranya karena peran yang cerdik dan kemampuan berdakwah yang handal dari tokoh-tokohnya pada jaman yang terkenal dengan sebutan “Wali Sanga/Wali sembilan.” Tokoh Islam yang terkemuka pada jamannya itu, berdakwah menyebarkan agama dengan contoh ketauladanan dan kemampuan spiritualnya yang tinggi serta mengikuti atau menyiasati keadaan tradisi dan kebudayaan setempat dengan mendahulukan pemahaman tata cara beribadah dan mengesampingkan pemahaman aqidah. Sehingga tidak terjadi pergolakan atau kegaduhan dengan tradisi masyarakat setempat. Hal ini mungkin menurut pertimbangan tokoh-tokoh Islam yang arif pada jamannya itu sebagai metode dakwah yang tepat dengan berpegang teguh kepada “bil hikmah wal mau’izhah hasanah.”Dan pada masanya nanti diharapkan akan datang para pendakwah dan mubaligh yang gigih mengajarkan pemahaman aqidah yang murni.

Keadaan perkembangan agama Islam dengan wawasan aqidah yang kurang tersebut pada umumnya di kalangan masyarakat, terus berjalan sampai kemudian muncul tokoh-tokoh muda reformis dengan menekankan kepada pemahaman aqidah yang murni bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dari sinilah kemudian perkembangan pemikiran Islam mulai tumbuh dan tidak dipungkiri merupakan hal yang mesti terjadi adalah perang urat saraf, pergolakan pemikiran antara pro pembaharu dengan pemikiran moderat gaya Wali Sembilan. Kelompok tersebut bermuara sampai sekarang pada kelompok-kelompok terbesar di Indonesia, yaitu dari kalangan NU (Nahdlatul ‘Ulama) yang moderat dan kelompok elitis kalangan cendekiawan yaitu Muhammadiyah, Al-Irsyad dan Persis (Persatuan Islam) yang pro pembaharu yang merupakan tiga serangkai yang tidak terpisahakan hingga saat ini.

Dalam makalah ini, kami akan mencoba membahas pendidikan Islam khususnya pada masa al-Ishlah wal Irsyad. Bagaimana sistem pendidikan Islam pada masa al-Ishlah wal Irsyad?


  1. PEMBAHASAN

    1. Sejarah Singkat Berdirinya al-Ishlah wal Irsyad Dan Tokoh-Tokohnya

Al-Irsyad berdiri setelah berdirinya Jamiat Khair yaitu organisasi yang didirikan warga keturunan Arab di Jakarta yang hanya khusus bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu tokoh penting dan sangat berpengaruh adalah Ahmad Surkati (Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Assorkatty) dari keturunan Sudan, waktu itu termasuk wilayah Mesir.

Ahmad Surkati dilahirkan di pulau Arqu daerah Dunggulah, Sudan. Ia sudah menghafal Al-Qur’an di usia mudanya. Ia belajar ke Al-Azhar, Mesir, sampai kemudian melanjutkan belajar di Makkah sedangkan guru besarnya adalah Syaikh Muhammad bin Yusuf Alkhayaath dan Syaikh Syu’aib bin Musa Almaghribi.1

Pengembaraannya ke Indonesia bermula dari permintaan Jami’at Khair di Indonesia untuk mengajar. Melalui perantaraan Syaikh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath dan Syaikh Husain bin Muhammad Al-habsyi sampailah maksud Surkati untuk memenuhi permintaan Jami’at Khair dengan membawa bekal keyakinan “mati di Jawa dengan berjihad lebih suci daripada mati di Makkah tanpa jihad.” Akan tetapi setelah beberapa lama terjadi ketidakharmonisan hubungan antara pihak Jami’at Khair dengan Surkati, akhirnya Surkati keluar dan kemudian setelah berdiri dan berkembangnya pendidikan madrasah Al-Irsyad, ia menjadi pengajar di madrasah Al-Irsyad. Keberadaan Surkati di Al-Irsyad meroketkan organisasi tersebut jauh meninggalkan Jami’at Khair. Di samping memang Jami’at Khair terdapat banyak kelemahan di dalam sosiokulturalnya, di antaranya masih memandang tentang perbedaan status sosial.

Kedatangan Surkati di pulau Jawa bulan Maret 1911 ternyata kemudian menjadi peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, yaitu sejarah pekembangan faham pembaharuan Islam di Indonesia terutama karena kegiatannya yang suka bergelut dalam bidang pendidikan ketimbang keorganisasian Al-Irsyad itu sendiri.

Pada saat Ahmad Surkati mengujungi sahabatnya, Awad Sungkar Al-Urmei di Solo tahun 1912, dalam perjalanannnya bertemu dengan tokoh pribumi (Ahmad Dahlan) yang sedang asyik membaca majalah Almanar dan mengaguminya karena kemampuannya membaca bahasa Arab. Di samping itu memang karena jalan pikirannya yang sama tentang pemahaman pemurnian aqidah sehingga keduanya menjadi akrab. Dalam pertemuan dan perkenalannya inilah terjadi tukar pikiran antara keduanya sampai pada kesimpulan yang mengandung tekad mereka berdua untuk sama-sama mengembangkan pemikiran Muhammad Abduh di Indonesia.

Pada waktunya di kemudian berkembang pesatlah organisasi pembaharu yang menjadi terkenal dan besar di Indonesia hingga saat ini, yaitu Al-Irsyad Al-Islamiyah dan kemudian menyusul pada tahun 1912 berdiri Muhamadiyah oleh Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Dan pada tahun 1923 berdiri pula organisasi yang sepaham yaitu Persatuan Islam di Bandung.

Di dalam akte pendirian dan Anggaran Dasar Al-Irsyad yang disahkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tercatat pengurus pertamanya adalah:

  1. Salim bin Awad Balweel sebagai ketua.

  2. Muhammad Ubaid Abud sebagai sekretaris.

  3. Said bin Salim Masy’abi sebagai bendahara.

  4. Saleh bin Obeid bin Abdat sebagai penasehat.

Setelah keluarnya beslit dari Gubernur Jenderal itu, pada hari Selasa tanggal 19 Syawwal 1333/31 Agustus 1915, telah diadakan Rapat Umum Anggota. Dalam rapat itu diputuskan susunan pengurus untuk kepentingan intern:

  1. Salim bin Awad Balweel sebagai ketua.

  2. Saleh bin Obeid bin Abdat sebagai wakil ketua.

  3. Muhammad Ubaid Abud sebagai sekretaris.

  4. Said bin Salim Masy’abi sebagai bendahara.

Pengurus ini dilengkapi dengan 19 orang sebagai komisaris yang berkewajiban mengawasi jalannya perhimpunan dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya, diantaranya yaitu:

  1. Ja’far bin Umar Balfas.

  2. Abdullah bin Ali Balfas.

  3. Abdullah bin Salmin bin Mahri.

  4. Abdullah bin Abdulqadir Harharah.

  5. Sulaiman bin Naji, dan lain-lain.2

    1. Arah Perjuangan Dan Sifat Idiologinya

Perjuangan dan cita-cita Al-Irsyad serta keyakinannya dapat dilihat dalam apa yang disebut “Pedoman Asasi Al-Irsyad”, yaitu:

    1. Hakekat Al-Irsyad

Organisasi ini menamakan dirinya sebagai perhimpunan yang bertujuan memurnikan pemahaman tauhid, ‘ibadah dan ‘amaliyah Islam dan bergerak dalam bidang pendidikan, pengajaran, kebudayaan dan dakwah Islam serta kemasyarakatan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah guna mewujudkan pribadi Muslim dan masyarakat Islam menuju keridhoan Allah SWT.3

    1. Mabadi’ Al-Irsyad

    1. Memahami ajaran Islam dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dan bertahkim kepadanya.

    2. Beriman dengan aqidah Islamiyah yang berdasarkan nash-nash Kitab Al-Qur’an dan Sunnah yang sahih, terutama bertahud kepada Allah yang bersih dari syirik, takhayul dan khurafat.

    3. Beibadah menurut tuntunan Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya, bersih dari bid’ah.

    4. Berakhlak dengan adab susila yang luhur, moral dan etik Islam serta menjauhi adat istiadat, moral dan etik yang bertentangan dengan Islam.

    5. Memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan duniawi dan ukhrawi yang diridhoi Allah SWT.

    6. Meningkatkan kehidupan dan penghidupan duniawi pribadi dan masyarakat selama tidak diharamkan oleh Islam dengan nash serta mengambil faedah dari segala alat dan cara teknis, organisasi dan administrasi modern yang bermanfaat bagi pribadi dan ummat, materiil dan spiituil.

    7. Bergerak dan berjuang secara terampil dan dinamis dengan pengorganisasian dan koordinasi yang baik bersama-sama organisasi-organisasi lain dengan cara ukhuwah Islamiyah dan setia kawan, serta saling Bantu dalam memperjuangkan cita-cita Islam yang meliputi kebenaran, kemerdekaan, keadilan dan kebajikan serta keutamaan menuju keridhoan Allah.4

Perkembangan oganisasi Al-Irsyad kurang begitu pesat jika dibandingkan dengan organisasi yang lahir jauh sesudahnya seperti Muhammadiyah dan NU. Hal ini bisa dilihat karena kebanyakan para pengurus dan pendukung organisasi ini adalah dari kalangan keturunan Timur Tengah (Arab). Adanya jarak antara masyarakat keturunan Arab dengan pribumi menyebabkan sosialisasi organisasi ini kurang menyentuh atau melebar ke masyarakat pribumi.

Dilihat dari pergerakan keorganisasiannya, Al-Irsyad lebih cenderung penekanannya dalam bidang sosial pendidikan. Mengenai masalah perpolitikan, organisasi ini cenderung bersifat netral atau kurang menyentuhnya sehingga pada hal-hal yang justru mengandung nilai perjuangan yang tinggi yaitu perjuangan untuk ummat Islam dapat menjalankan syari’atnya dengan kafah di negara RI, kurang mendapat respon. Hal ini tidak jauh berbeda dengan organisasi-organisasi keagamaan Islam besar lainnya sepeti NU dan Muhamadiyah yang cenderung menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar/azas negara RI dan UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum dengan alasan tidak ada larangan menjalankan kebebasan agama di dalamnya. Sementara perjuangan penegakkan syari’at Islam di Indonesia sebagian besar hanya dilakukan oleh tokoh-tokoh dan kaum militan Islam dan sayangnya kelompok ini adalah kelompok minoritas.5


    1. Sistem Pendidikan Al-Irsyad

Al-Irsyad membagi lima jenjang pendidikannya sebagai berikut:

      1. Awwaliyyah untuk 3 tahun pelajaran.

      2. Ibtidaiyyah untuk 4 tahun pelajaran, dimana kedua jenjang pendidikan ini erupakan pendidikan tingkat pemula atau dasar.

      3. Tajhiiziyyah untuk 2 tahun pelajaran, yang merupakan jenjang lanjutan atau menengah.

      4. Mu’allimin untuk 4 tahun pelajaran yang mengarahkan murid-murid untuk langsung mengajar sebaai asisten.

      5. Takhassus untuk masa 2 tahun pelajaran, yaitu spesialisasi yang dipilih siswa.6

Penjenjangan itu pada mulanya dilaksanakan pada kelas-kelas, belum pada sekolah, artinya seluruhnya dalam satu sekolah dan satu bangunan. Ini disebabkan karena beragamnya siswa dilihat dari segi usia masing-masing. Siswa yang tingkat kecerdasannya tinggi, bisa saja dalam waktu singkat dipindahkan ke kelas yang jenjangnya lebih tinggi. Dengan demikian seluruh jenjang itu tidak harus ditempuh siswa selama 13 tahun.

Adapun mata pelajaran di sekolah Al-Irsyad adalah pelajaran bahasa Arab, bahasa Arab sebagai mata pelajaran terpenting, sebagai alat utama untuk memahami Islam dari sumber-sumber pokoknya. Selain itu tekanan pendidikan juga diarahkan kepada pelajaran Tauhid, fiqh dan sejarah. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Al-Irsyad merupakan sarana pembentuk watak, cita-cita dan kemauan serta mengarahkannya kepada ajaran yang benar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pembaharuan yang memiliki pengaruh jangka panjang sesuai dengan konsepsi Muhammad Abduh.7

Muhammad Abduh sendiri berpendapat bahwa dalam mendidik seorang anak hendaklah tekanan diberikan kepada bidang tauhid, fiqh dan sejarah. Dengan tauhid memungkinkan seseorang untuk mengembangkan jiwa dan batin manusia dari segala noda serta memberi pelajaran dalam hal halal dan haram yang bersandarkan kepada dalil-dalil al-qur’an dan hadist Nabi. Sedangkan pelajaran sejarah Islam harus menghidupkan kebenaran dan kegagahan ummat Islam pada masa lalu. Secara umum dikemukakan bahwa pendidikan merupakan pembentukan watak, pembentukan kemanuan dan latihan untuk melaksanakan kewajiban.8

Tercatat sebagai tokoh-tokoh pendidikan yang terkenal yang menjadi pengajar pada Madrasah Al-Irsyad adalah:

    1. Syaikh Ahmad Surkati, lulusan darul Ulum Makkah.

    2. Syaikh Ahmad Al-Aqib Al-Anshari, lulusan Al-Azhar Cairo (1909).

    3. Abul Fadhel Sati Al-Anshary, lulusan College Gordon Sudan (1911).

    4. Muhammad Al-Hasyimi, lulusan AZ-Zaitun Tunisia (1907).

    5. Syaikh Hasan Hamid Al-Anshary, lulusan Syari’ah Wad-diin Sudan (1908).

    6. Syaikh Muhammad Nur Al-Anshary, lulusan Syari’ah Wad-diin Sudan (1912).

    7. Sayyid Muhammad Alattas, lulusan Cairo.

    8. Syaikh Muhammad Al-Madani, lulusan Al-Azhar Cairo.

    9. Syaikh Abu Zayd Al-misri, lulusan Al-Azhar Cairo (1912).

    10. Syaikh Hasan Abu Ali Ats Tsiqah, lulusan Darul ‘Ulum Makkah.

    11. Sutan Abdul Hamid, guru bahasa Arab dan sederetan nama-nama besar lainnya.9


  1. KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

        1. Pada dasarnya al-irsyad didirikan

        2. Tekanan pendidikan al-Irsuad diletakkan pada pelajaran bahasa arab, hal ini bertujuan agar para murid mudah dalam memahami sumber pokok islam, yaitu al-Qur’an dan hadist Nabi, disamping itu ada pelajaran tauhid, fikih, dan sejarah. Sejak didirikannya, Al-Irsyad Al-Islamiyyah bertujuan memurnikan tauhid, ibadah dan amaliyah Islam.


  1. PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA



Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942, Jakarta: LP3ES IKAPI, 1982


H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara sumber Widya, 1995


Drs. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997

http://ainuamri.wordpress.com/2007/11/23/al-irsyad-al-islamiyyah/


H. Aboebakar, Sejarah Hidup HKA wahid Hasyim dan Karangan tersiar, Jakarta, 1957


PBNU, Program dasar pembangunan NU 1979-1983 Dalam Rancangan materi Muktamar nu ke-16


Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah pertumbuhan dan perkembangan, Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995

1 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900-1942, Jakarta: LP3ES IKAPI, 1982, hlm. 73

2 H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara sumber Widya, 1995, hlm. 307-308

3 Drs. Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hlm. 166

4 http://ainuamri.wordpress.com/2007/11/23/al-irsyad-al-islamiyyah/

5 H. Aboebakar, Sejarah Hidup HKA wahid Hasyim dan Karangan tersiar, Jakarta, 1957, hlm. 231

6 PBNU, Program dasar pembangunan NU 1979-1983 Dalam Rancangan materi Muktamar nu ke-16, hlm. 109

7 Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah pertumbuhan dan perkembangan, Jakarta: PT. Grafindo persada, 1995, hlm. 114-116

8 Deliar Noer, Op. cit, hlm. 76

9 H. Mahmud Yunus, Op. Cit, hlm. 307-308

Tidak ada komentar: