Selasa, 09 September 2008

MASA KEEMASAN ISLAM BANI ABBASIYAH

  1. PENDAHULUAN

Masa Bani Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Bani Umayah yang besar.

Menjelang tumbangnya Bani Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam.

Di antara kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan yang dibuat adalah :

  1. Politik kepegawaian didasarkan pada klan, golongan, suku, kaum dan kawan.

  2. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut-pengikut Ali RA pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim pada umumnya.

  3. Penganggapan rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa Arab, sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.

  4. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara yang terang-terangan.1

Demikianlah saat khalifah Umayyah mengalami keruntuhannnya, disaat itu pula khalifah Abbasiyah muncul dan berdiri, sampai pada masa kejayaan dan keemasannya dalam kancah peradaban dunia. Bagaimanakah kejayaan dan keemasan bani Abbasiyah ? dan factor-faktor apa saja yang menjadikannya jaya dan mengalami masa keemasan ?. Oleh Karen itu, dalam makalah ini akan kami sampikan beberapapa permasalahan di atas.




  1. PEMBAHASAN

  1. Awal Berdirinya Bani Abbasiyah

Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-1258 M.2

Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan ibn Muhammad (Dinasti Bani Umayyah). Yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah. Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Daulah Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi lebih dari itu adalah penggantian struktur sosial dan ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi.3 Di bawah pimpinan Muhammad bin Ali al-Abbasy, gerakan Bani Abbas dilakukan dalam dua fase yaitu : 1) fase sangat rahasia; dan 2) fase terang-terangan dan pertempuran. 4

Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan yang merasa tertindas, bahkan juga dari golongan yang pada mulanya mendukung Bani Umayyah. Setelah Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, maka seorang pemuda Persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim al-Khusarany, bergabung dalam gerakan rahasia ini. Semenjak itu dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran. Akhirnya bulan Zulhijjah 132 H Marwan, Khalifah Bani Umayyah terakhir terbunuh di Fusthath, Mesir. Kemudian Daulah bani Abbasiyah resmi berdiri.5




  1. Sistem Pemerintahan, Politik dan Bentuk Negara

Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan (Khalifah) adalah berasal dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana diaplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman khalifahurrasyidin. Hal ini dapat dilihat dengan perkataan Khalifah Al-Mansur “Saya adalah sultan Tuhan di atas bumi-Nya“. Pada zaman Dinasti Bani Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah I antara lain :

  1. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .

  2. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.

  3. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .

  4. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .

  5. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.6


  1. Masa Keemasan Bani Abbasiyah.

Para sejarawan dalam membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah, ada yang membaginya menjadi lima periode, dan ada yang membaginya menjadi tiga periode. Akan tetapi dalam makalah ini tidak di bahasa semua periodisasinya, penulis akan membatasi pembahasannya dalam periode Bani Abbasiyah yang menjadi masa keemasannya, yaitu pada periode pertama, pada masa kehalifahan Harun al-Rasyid. Sebab Kekhalifahan Bani Abbasiyah biasa dikaitkan dengan Khalifah Harun al-Rasyid. Harun al-Rasyid yang digambarkan sebagai Khalifah yang paling terkenal dalam zaman keemasan kekhalifahan Bani Abbasiyah. Dalam memerintah Khalifah digambarkan sangat bijaksana, yang selalu didampingi oleh penasihatnya, yaitu Abu Nawas, seorang penyair yang kocak, yang sebenarnya adalah seorang ahli hikmah atau filsuf etika. Zaman keemasan itu digambarkan dalam kisah 1001 malam sebagai negeri penuh keajaiban.

Sebenarnya zaman keemasan Bani Abbasiyah telah dimulai sejak pemerintahan pengganti Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur yaitu pada masa Khalifah Al-Mahdi (775-785 M) dan mencapai puncaknya di masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid.

Di masa-masa itu para Khalifah mengembangkan berbagai jenis Kesenian, terutama kesusastraan pada khususnya dan kebudayaan pada umumnya. Berbagai buku bermutu diterjemahkan dari peradaban India maupun Yunani. Dari India misalnya, berhasil diterjemahkan buku-buku Kalilah dan Dimnah maupun berbagai cerita Fabel yang bersifat anonim. Berbagai dalil dan dasar matematika juga diperoleh dari terjemahan yang berasal dari India. Selain itu juga diterjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani, terutama filsafat etika dan logika. Salah satu akibatnya adalah berkembangnya aliran pemikiran Muktazilah yang amat mengandalkan kemampuan rasio dan logika dalam dunia Islam. Sedangkan dari sastra Persia terjemahan dilakukan oleh Ibnu Mukaffa, yang meninggal pada tahun 750 M. Pada masa itu juga hidup budayawan dan sastrawan masyhur seperti Abu Tammam (meninggal 845 M), Al-Jahiz (meninggal 869 M), Abul Faraj (meninggal 967 M) dan beberapa sastrawan besar lainnya.7

Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya pada bidang sastra dan seni saja juga berkembang , meminjam istilah Ibnu Rusyd, Ilmu-ilmu Naqli dan Ilmu Aqli. Ilmu-ilmu Naqli seperti Tafsir, Teologi, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqh dan lain-lain. Dan juga berkembang ilmu-ilmu Aqli seperti Astronomi, Matematika, Kimia, Bahasa, Sejarah, Ilmu Alam, Geografi, Kedokteran dan lain sebagainya. Perkembangan ini memunculkan tokoh-tokoh besar dalam sejarah ilmu pengetahuan, dalam ilmu bahasa muncul antara lain Ibnu Malik At-Thai seorang pengarang buku nahwu yang sangat terkenal Alfiyah Ibnu malik, dalam bidang sejarah muncul sejarawan besar Ibnu Khaldun serta tokoh-tokoh besar lainnya yang memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Popularitas Daulah Abbasiyah juga mencapai puncaknya di zaman Khalifah al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan. Tingkat kemakmuran paling tinggi terwujud pada zaman Khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.8



  1. Faktor-faktor Perkembangan Pada Masa Bani Abbasiyah.

Secara garis besar faktor yang menjadi penyebab Bani Abbasiyah mengalami kemajuan, adalah adanya kesadaran khalifah akan ilmu. sehingga dengan ilmu maka semua mengali kemajuan yang pesat, di antara faktor-faktornya antara lain:

  • Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.

  • Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum.9


  1. Bidang Perkembangan/Keemasan Islam Pada Zaman Abbasiyah.

        1. Perkembangan Intelektual.

Secara garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat dari adanya gerakan penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa. Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam sesuai dengan keahliannya.

  1. Ilmu Umum

    1. Ilmu Filsafat

      1. Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.

      2. Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.

      3. Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)

      4. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)

      5. Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain

      6. Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain.

      7. Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.

    2. Bidang Kedokteran

      1. Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.

      2. Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.

      3. Thabib bin Qurra (836-901 M)

      4. Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

    3. Bidang Matematika

1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.

2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

    1. Bidang Astronomi

Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :

1) Al Farazi : pencipta Astro lobe

2) Al Gattani/Al Betagnius

3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan

4) Al Farghoni atau Al Fragenius

    1. Bidang Seni Ukir

Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.

  1. Ilmu Naqli

          1. Ilmu Tafsir, Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.

          2. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At-Tarmidzi, dan lain-lain.

          3. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali.

          4. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.

          5. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah.10


        1. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik

Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat kita lihat dari bangunan – bangunan yang berupa:

    1. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.

    2. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.

    3. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan belajar.

    4. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula-mula mendirikansekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.

    5. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.

    6. Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.11


  1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Bani Abbasiyah adalah pererus Bani Umayyah. Pada masa ini, Islam mengalami masa kejayaan di berbagai bidang, baik di bidang intelektual, yang melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan, maupun di bidang fisik, seperti: adanya darul Hikmah, Lembaga Pendidikan, ekonomi, perindustrian, pertanian, dan lain sebagainya.

Keberhasilan tersebut tentunya ada faktor yang menyebabkannya. Adapun faktor-faktor Bani Abbasiyah khususnya atau umat Islam umumnya mengalami kemajuan, antara lain:

      • Terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting di bidang pemerintahan. selain itu mereka banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.

      • Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum.

  1. PENUTUP

Demikian uraian singkat yang dapat kami sampaikan, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sara dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan, agar makalah ini menjadi lebih baik, sistematik dan komprehensif. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dalam memaknai sejarah islam yang pernah mengalami kemajuan dan perkembangan. Semoga kejayaan akan menjadi milik kita lagi. Amiiin...
















DAFTAR PUSTAKA



A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995


Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3, Jakarta: Al-Husna Dzikra, 1997


http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf


E. Abdul Aziz Tibrizi, Diktat II Sejarah Kebudayaan Islam, Tangerang, :Pon-pest DaaEl-Qolam


Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006


Ma’ruf Misbah dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas III, Semarang: CV. Wicaksana

1 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995, h. 210.

2 Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 3, Jakarta: Al-Husna Dzikra, 1997, hlm. 44

3 http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-masa-abbasiyyah.pdf

4 Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1995, hlm. 211.

5 Ibid, hlm. 212

6 Ibid, hlm. 213-214.

7 E. Abdul Aziz Tibrizi, Diktat II Sejarah Kebudayaan Islam, Tangerang, :Pon-pest DaaEl-Qolam, h. 46

8 Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006), hlm. 52-53.

9 Badri Yatim, Dr., MA., Ibid, hlm. 55

10 Hasjmy, A., Op. Cit, hlm. 276-278

11 Ma’ruf Misbah dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas III, Semarang: CV. Wicaksana, h. 61

1 komentar:

ana syuhada mengatakan...

salam ustaz...boleh x tolong tergkan gerakan pertejemahan pada zaman abasi?