Selasa, 09 September 2008

KISAH-KISAH DALAM AL-QUR’AN


  1. PENDAHULUAN

Al-qur’an sebagai sumber utama dan yang paling utama bagi umat Islam, mengandung berbagai macam ilmu, hukum, bahkan kisah/cerita baik kisah masa lampau, masa kini maupun masa yang akan datang. Semua kisah yang ada di dalam al-Qur’an tentunya mengandung arti dan maksud tertentu, dan tentunya kisah-kisah tersebut salah satunya sebagai petunjuk bagi umat Islam khususnya dan umat sedunia umumnya, karena kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan peristiwa yang nyata dan benar.

Kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur’an juga dikemas dalam bentuk yang sistematis, artinya setiap kisah mempunyai hubungan erat antara kisah yang satu dengan kisah yang lain. Banyak kisah yang termuat di dalam al-Qur’an dilihat dari segi waktu, dan segi materinya. Oleh karena itu, kami akan mencoba membahas dalam makalah ini. Bagaimanakah kisah-kisah dalam al-Qur’an, macam-macamnya, manfaat dan hikmahnya serta faedahnya?


  1. PEMBAHASAN

    1. Definisi

Menurut bahasa kata Qashash jamak dari Qishah, artinya kisah, cerita, berita atau keadaan,1 atau mengikuti atsar (jejak/bekas).2

Menurut Ahad Syadali Qashashul Qur’an adalah kisah-kisah dalam al-qur’an tentang para Nabi dan Rasul Allah SWT, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.3

Jadi Qashashul Qur’an adalah informasi mengenai suatu kejadian/perkara baik pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang secara berperiodik di mana satu sama lainnya saling sambung-menyambung (berangkai).

Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan kisah paling benar sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا. (النساء: ٨٧)4

Artinya: “Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah.?” (QS.an-Nisa’:87).


Hal ini, karena kesesuaiannya dengan realitas sangatlah sempurna. Kisah al-Qur’an juga merupakan sebaik-baik kisah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah ta’ala:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ (يونس: ٣)

Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini kepadamu.” (QS.Yusuf : 3).

Hal ini, karena ia mencakup tingkatan kesempurnaan paling tinggi dalam capaian balaghah dan keagungan maknanya. Kisah al-Qur’an juga merupakan kisah paling bermanfaat sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ. (يوسف: ١١١)

Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS.Yusuf :111).


Hal ini, karena pengaruhnya terhadap perbaikan hati, perbuatan dan akhlak amat kuat.





    1. Jenis-Jenis Kisah

Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah dialami orang-orang jauh sebelum kita sejak Nabi Adam dampai sekarang. Selain itu juga kita dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di jaman Rasulullah SAW, dan lain sebagainya.

Kisah al-Qur’an dapat dibagi menjadi 3 jenis:

        1. Kisah mengenai para nabi dan Rasul serta hal-hal yang terjadi antara mereka dan orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir.

        2. Kisah mengenai individu-individu dan golongan-golongan tertentu yang mengandung pelajaran. Karenanya, Allah mengisahkan mereka seperti kisah Maryam, Luqman, orang yang melewati suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya (seperti tertera dalam surat al-Baqarah: 259), Dzulqarnain, Qarun, Ash-habul Kahf, Ash-habul Fiil, Ash-habul Ukhdud dan lain sebagainya.

        3. Kisah mengenai kejadian-kejadian dan kaum-kaum pada masa Nabi Muhammad SAW seperti kisah perang Badar, Uhud, Ahzab (Khandaq), Bani Quraizhah, Bani an-Nadhir, Zaid bin Haritsah, Abu Lahab dan sebagainya.5


Dalam bukunya Ahmad Syadali “Ulumu Qur’an II”,6 disebutkan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

              1. Dari Segi Waktu

Ditinjau dari segi waktu kisah-kisah al-Qur’an ada tiga, yaitu:

                1. kisah hal gaib yang terjadi pada masa lampu. Contohnya:

  • Kisah tentang dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi, sebagaimana dijelaskan dalam (QS. al-Baqarah: 30-34).

  • Kisah tentang penciptaan alam semesta, (QS. al-Furqan: 59, Qaf: 38).

  • Kisah tentang pendiptaan Adam dan kehidupannya ketika di surga, (QS. al-A’raf: 11-25).

                1. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini, contohnya:

  • Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar, (QS. Al-Qadar: 1-5).

  • Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin atau iblis, (Qs. Al-A’raf: 13-14).

                1. Kisah hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang, contohnya:

  • Kisah tentang akan datangnya hari kiamat, seperti dijelaskan dalam al-Qur’an Surat al-Qari’ah, Surat az-Zalzalah dan linnya.

  • Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat seperti diungkapkan dalam al-Qur’an Surat al-Lahab.

  • Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan orang-orang yang hidup di dalam neraka, diungkapkan al-Qur’an Surat al-Ghasiyah, dan lainnya.


              1. Dari Segi Materi

Ditinjau dari segi materi kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:

                1. Kisah-kisah para Nabi, seperti: Kisah Nabi Adam (QS. Al-Baqarah: 30-39, al-A’raf: 11) dan lainnya; Kisah Nabi Nuh (QS. Hud: 15-49); Kisah Nabi Hud (QS. Al-A’raf: 65, 72, 50, 58); Kisah Nabi Idris (QS. Maryam: 56-57, al-Anbiya: 85-86); Kisah Nabi Yunus (QS. Yunus: 98, al-An’am: 86-87); Kisah Nabi Luth (QS. Hud: 69-83); Kisah Nabi Salih (QS. Al-A’raf: 85-93); Kisah Nabi Musa (QS. Al-Baqarah: 49., 61, al-A’raf: 103-157) dan lainnya; Kisah Nabi Harun (QS. An-Nisa: 163); Kisah Nabi Daud (QS. Saba: 10, al-Anbiya: 78); Kisah Nabi Sulaiman (QS. An-Naml: 15, 44, Saba: 12-14); Kisah Nabi Ayub (QS. Al-An’am: 34, al-Anbiya: 83-84); Kisah Nabi Ilyas (QS. Al-An’am: 85); Kisah Nabi Ilyasa (QS. Al-An’am: 48); Kisah Nabi Ibrahim (QS. Al-Baqarah: 124, 132, al-An’am: 74-83); Kisah Nabi Ismail (QS. Al-An’am: 86-87); Kisah Nabi Ishaq (QS. Al-Baqarah: 133-136); Kisah Nabi Ya’qub (QS. Al-Baqarah: 132-140); Kisah Nabi Yusuf (QS. Yusuf: 3-102); Kisah Nabi Yahya (QS. Al-An’am: 85); Kisah Nabi Zakaria (QS. Maryam: 2-15); Kisah Nabi Isa (QS. Al-Maidah: 110-120); Kisah Nabi Muhammad SAW (QS. At-Takwir: 22-24, al-Furqan: 4, ‘Abbasa: 1-10, at-Taubah: 43-57 dan linnya).

                2. Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, contohnya: Kisah tentang Luqman (QS. Luqman: 12-13); Kisah tentang Dzul Qarnain (QS. Al-Kahfi: 83-98); Kisah tentang Ash-habul Kahf (QS. Al-Kahfi: 9-26); Kisah tentang Thalut dan Jalut (QS. Al-Baqarah: 246-251); Kisah tentang Maryam (QS. 16-35); Kisah tentang Ya’juz Ma’fuz (QS. Al-Anbiya: 95-97); Kisah tentang Bangsa Rumawi (QS. Ar-Rum: 2-4) dan kisah-kisah lainnya.

                3. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW. Contohnya: Kisah tentang Ababil (QS. Al-Fil: 1-5); Kisah tentang Hujrahnya Nabi SAW (QS. Muhammad: 13); Kisah tentang perang Badar dan Uhud yang diuraikan dalam al-Qur’an Surat Ali Imran; Kisah tentang perang Hunain dan at-Tabuk dan lain sebagainya.7


    1. Beberapa Hikmah Penampilan Kisah

Hikmah yang dapat dipetik banyak sekali, di antaranya:8

  1. Penjelasan mengenai hikmah Allah SWT dalam kandungan kisah-kisah tersebut, sebagaimana firman-Nya:

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ(٤) حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ (٥).

(القمر: ٤-٥)

Artinya: “Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). Itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka).” (QS. al-Qamar : 4-5)


  1. Penjelasan keadilan Allah Ta’ala melalui hukuman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya. Dalam hal ini, firman-Nya mengenai orang-orang yang mendustakan itu,

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ. (هود: ١٠١)

Artinya: “Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan.” (QS. Hud: 101)


  1. Penjelasan mengenai karunia-Nya berupa diberikannya pahala kepada orang-orang beriman. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

إِلا آلَ لُوطٍ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ. (القمر: ٣٤)

Artinya: “Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing.” (QS. al-Qamar: 34)

  1. Hiburan bagi Nabi SAW atas sikap yang dilakukan orang-orang yang mendustakannya terhadapnya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

وَإِنْ يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَبِالزُّبُرِ وَبِالْكِتَابِ الْمُنِيرِ -ثُمَّ أَخَذْتُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ. (الفتير: ٢٥-٢٦)

Artinya: “Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, zubur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku azab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (QS. Fathir: 25-26)


  1. Sugesti bagi kaum Mukminin dalam hal keimanan di mana dituntut agar tegar di atasnya bahkan menambah frekuensinya sebab mereka mengetahui bagaimana kaum Mukminin terdahulu selamat dan bagaimana mereka menang saat diperintahkan berjihad. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala,

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِين. (الانبياء: ٨)

Artinya: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dari menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikian itulah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Anbiya’: 8)

Dan firman-Nya yang lain,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ رُسُلا إِلَى قَوْمِهِمْ فَجَاءُوهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ. (الروم: ٤٧)

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. ar-Rum: 47)

  1. Peringatan kepada orang-orang kafir akan akibat terus menerusnya mereka dalam kekufuran. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا. (محمّد: ١٠)

Artinya: “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (QS. Muhammad:10)


  1. Menetapkan risalah Nabi Muhammad SWT, sebab berita-berita tentang umat-umat terdahulu tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ. (هود: ٤٩)


Artinya: “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang gaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini.” (QS. Hud: 49)

Dan firman-Nya,

أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ لا يَعْلَمُهُمْ إِلا اللَّهُ. (إبراهيم: ٩)

Artinya: ”Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (QS. Ibrahim: 9)


    1. Faedah Pengulangan Kisah.

Ada di antara kisah-kisah al-Qur’an yang hanya disebutkan satu kali saja seperti kisah Luqman dan Ash-habul Kahf. Ada pula yang disebutkan berulang kali sesuai dengan kebutuhan dan maslahat. Pengulangan ini pun tidak dalam satu aspek, tetapi berbeda dari aspek panjang dan pendek, lembut dan keras serta penyebutan sebagian aspek lain dari kisah itu di satu tempat namun tidak disebutkan di tempat lainnya.9


    1. Hikmah Pengulangan Kisah

Di antara hikmah pengulangan kisah ini adalah:

      1. Penjelasan betapa urgennya kisah sebab dengan pengulangannya menunjukkan adanya perhatian penuh terhadapnya.

      2. Menguatkan kisah itu sehingga tertanam kokoh di hati semua manusia

      3. Memperhatikan masa dan kondisi orang-orang yang diajak bicara. Karena itu, anda sering mendapatkan kisahnya begitu singkat dan biasanya keras bila berkenaan dengan kisah-kisah dalam surat-surat Makkiyyah, namun hal sebaliknya terjadi pada kisah-kisah dalam surat-surat Madaniyyah

      4. Penjelasan sisi balaghah al-Qur’an dalam pemunculan kisah-kisah tersebut dari sisi yang satu atau dari sisi yang lainnya sesuai dengan tuntutan kondisi

      5. Nampak terangnya kebenaran al-Qur’an dan bahwa ia berasal dari Allah Ta’ala di mana sekali pun kisah-kisah tersebut dimuat dalam beragam jenis namun tidak satu pun terjadi kontradiksi.10


  1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Qashashul Qur’an adalah informasi mengenai suatu kejadian/peristiwa baik pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang secara berperiodik di mana satu sama lainnya saling sambung-menyambung (berangkai). Adapun kisah tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

    1. Dilihat Dari Segi Waktu, terdiri dari kisah hal gaib yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.

    2. Dilihat Dari Materi, terdiri dari kisah pada Nabi dan Rasul, kisah tentang peristiwa yang terjadi masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, dan kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW.

Kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an adalah kisah yang paling benar, baik dan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia. Adapun manfaatnya antara lain sebagai peringatan, penjelasan tentang keadilan, karunia Allah SWT kepada umat-Nya.

  1. PENUTUP

Demikian makalah ini kami sampaikan, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua. Amiiin....






DAFTAR PUSTAKA



Ahmad Syadali M.A, Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.


Abu Aufa, Urgensi Kisah Dalam al-Qur’an, http://alilmu.wordpress.com/2007/04/17/urgensi-kisah-dalam-al-qur.


Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm.


Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Ushuul Fi at-Tafsiir, Kaira: Darul Ma’arif, 1978

1 Ahmad Syadali M.A, Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 27.

2 Abu Aufa, Urgensi Kisah Dalam al-Qur’an, http://alilmu.wordpress.com/2007/04/17/urgensi-kisah-dalam-al-qur, hlm. 1.

3 Ahmad Syadali M.A, Ahmad Rofi’i, ibid, hlm. 27.

4 Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm.

5 Abu Aufa, Ibid, hlm. 2.

6 Ahmad Syadali M.A, Ahmad Rofi’i, Op. Cit,, hlm. 27-30.

7 Ahmad Syadali M.A, Ahmad Rofi’i, Ibid, hlm. 30,

10 Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Ushuul Fi at-Tafsiir, Kaira: Darul Ma’arif, 1978, hlm. 48-51,

Tidak ada komentar: