Selasa, 09 September 2008

AYAT-AYAT TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

  1. PENDAHULUAN

Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama dalam setiap aspek kehidupan baik aspek sosial, ekonomi, politik budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Ia diturunkan untuk seluruh umat manusia si segala zaman dan tempat. Oleh karena itu, petunjuk-petunjuknya patut menjadi pegangan bagi seluruh umat manusia di manapun mereka berada dan kapanpun mereka membutuhkannya. Jika umat manusia senantiasa berpegang teguh kepadanya niscaya tidak akan tersesat. Hal ini sesuai dengan jaminan yang telah diberikan oleh Nabi SAW dalam sabdanya:

تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما كتاب الله وسنتى .(رواه الحاكم عن ابى هريرة)


Artinya: “Aku tinggalkan pada kalian dua pusaka selama kalian berpegang teguh pada keduanya niscaya kalian tidak akan sesat sesudahnya: Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku…” (HR. al-Hakim dan Abu Hurairah).1


Diantara permasalahan kehidupan yang perlu menjadi perhatian adalah pendidikan. Di dalam al-Qur’an, banyak terdapat ayat tentang pendidikan, meskipun masih bersifat umum sehingga tidak mudah diaplikasikan begitu saja ke dalam kehidupan umat. Oleh karenanya, ayat-ayat tentang pendidikan tersebut perlu dikaji secara seksama agar dapat ditangkap petunjuknya dan dapat diterapkan di tengah masyarakat untuk membimbing mereka ke jalan yang benar.

Oleh karena itu, agar pendidikan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, maka pemakalah dalam makalah ini akan membahas dan memaparkan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan serta materinya dan bagaimana sistem pendidikan dan materi pendidikan yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an ?






  1. PEMBAHASAN

    1. Ayat-ayat Tentang Pengertian Pendidikan

Dalam bahasa Arab setidaknya ada tiga kata yang dipakai untuk menunjukan kepada konotasi pendidikan, yaitu: at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan Ta’dib. Diantara ayat-ayat yang membahas tentang pendidikan, antara lain adalah:

      1. Q.S. Al-Isra’: 24

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً. (الإسراء : ۲۴)

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S al-Isra’: 24)2


Tafsir Q.S. Al-Isra’ : 24

Kata Tarbiyah merupakan akar kata dari ربى _ يربى . Kata ini pada hakikatnya menunjuk kepada Allah (Tuhan) selaku Murobbi (pendidik) sekalian alam. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pendidik Yang Maha Agung. 3 Hal ini termaktub dalam Q.S. al-Fatikhah: 1. M. Quraisy Syihab dalam Tafsir al-Mishbah, menyebutkan bahwa Allah dalam surat al-Fatikhah bukan saja Rabb (pemelihara/pendidik) manusia, tetapi Allah adalah Rabb al-‘Alamiin. Kata (عالمين) adalah bentuk jamak dari kata (عالم) yang terambil dari akar kata yang sama dengan ilmu atau alamat (tanda-tanda).4

Ayat ini menjelaskan bahwa kata tarbiyah mempunyai konotasi yang lebih luas dalam bahasa Indonesia karena mencakup mendidik, mengajar, mengasuh dan sebagainya.


      1. Q.S. Al-Baqarah: 31

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (البقراة : ۳۱)

Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!". (Q.S al-Baqarah: 31)5


Tafsir Q.S. Al-Baqarah: 31

Kata عَلَّمَ dalam ayat di atas lebih mengacu kepada konotasi pemberian pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Ayat ini menunjukkan bahwa sebenarnya islam sebagai agama lahir bersamaan dengan hadirnya manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s. Saat itu pula pendidikan dimulai oleh Allah yang mendidik dan membimbing manusia pertama yaitu Adam sebagai subyek didik, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan (nama-nama benda), yang tidak diajarkan kepada makhluk lain termasuk kepada malaikat sekalipun.6


      1. Hadist Nabi SAW

اد بنى ربى فأحسن تأديبى . (رواه ابن السمعان فى ادب الإملاء عن ابن مسعود)

Artinya: “Aku (Muhammad SAW) telah dididik oleh Tuhanku, lalu Dia mendidik dengan didikan yang terbaik”. 7


Kata ادب dalam hadist di atas berarti mendidik. Menurut Naguib al-Attas, ta’dib mengandung pengertian mendidik dan juga sudah merangkum pengertian tarbiyah dan ta’lim yaitu pendidikan bagi manusia. Kata ta’dib lebih ditujukan kepada pembinaan akhlak dan budi pekerti.8

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga kata bahasa Arab tersebut, bahwa tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan dengan kata ta’lim dan ta’dib. Kata ta’lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran karena lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan, dan ketrampilan. Sementara kata ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan akhlak dan budi pekerti.9

Pada dasarnya ketiga istilah pendidikan di atas (tarbiyah, ta’lim dan ta’dib) merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya, bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu dibimbing (tarbiyah).

Abdur-Rahman an-Nahlawi menjabarkan konsep ­at-Tarbiyah dalam empat unsure:

        1. Memelihara pertumbuhan fitrah manusia

        2. Mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaannya.

        3. Mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu.

        4. Melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan perkembangan anak.10


    1. Ayat-ayat Tentang Unsur-unsur Dalam Pendidikan.

Setidaknya ada tiga unsur utama yang harus terdapat dalam proses pendidikan, yaitu pendidik, peserta didik dan ilmu atau pesan yang disampaikan.11 Selain unsur utama tersebut, juga ada unsur lain sebagai pendukung atau penunjang dalam proses pendidikan agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Berikut ini, penulis akan membahas tentang ayat-ayat yang berkenaan dengan unsur utama dan penunjang dalam proses pendidikan.

- Q.S at-Taubat: 128

Diantara ayat yang menegaskan bahwa pendidikan harus ada seorang pendidik adalah Q.S at-Taubat: 128, yang berbunyi:

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. (التوبة: ١٢٨)

Artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (Q.S. at-Taubat: 128)


Tafsir Q.S at-Taubat: 128

Pendidik adalah orang yang secara sengaja mengasuh individu atau beberapa individu lainnya, agar mereka dapat tumbuh dan berhasil dalam menjalani kehidupan.12 Maka dalam ayat ini menggambarkan bahwa Rasull/Nabi adalah sosok pendidik agung bagi umat manusia, yang diberi sifat-sifat yang mulia yang dalam kehidupan serta pergaulan sehari-hari benar-benar merupakan pribadi anutan yang harus diteladani. Sifat-sifat beliau (seperti turut merasakan apa yang dirasakan oleh si terdidik atau empati, identifikasi) merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki pendidik. 13

TM Hasbi ash-Shiddieqy dalam tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, menjelaskan bahwa Allah mensifati Nabi dengan sifat ‘ra’fah’ (belas kasihan) dan ‘rahmah’ (kasih saying). Sifat Nabi yang ditetapkan dalam al-Qur’an adalah sifat seorang pemimpin atau pendidik yang sempurna, yang mampu mengumpulkan manusia disekitarnya, yaitu Dia tidak merasa senang, bahkan kecewa, kalau umatnya di dunia menjadi umat yang hina, yang dapat dipermainkan oleh musuh-musuhnya, sebagaimana Beliau juga tidak senang melihat umatnya di akhirat menjadi penghuni neraka; Nabi juga sangat menginginkan sekali umatnya beriman dan memperoleh petunjuk, sehingga keadaannya menjadi baik; Nabi juga seorang yang mengasihi dan menyayangi umatnya. Semua ajaran dan nasihatnya menuju kepada kebajikan dan membawa menuju perbaikan.14


- Q.S. Ali-‘Imran: 104

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. (ال عمران: ١٠٤)

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali-‘Imran: 104)15


Tafsir Q.S. Ali-‘Imran: 104

Ayat ini menjelaskan bahwa hendaklah ada dalam kalangan di antara kalian (muslim) menyediakan diri mengadakan ajakan atau seruan, atau dakwah/mendidik, yang selalu membawa dan mengajak manusia untuk berbuat kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf, yaitu yang patut, pantas dan sopan dan mencegah, melarang perbuatan munkar, yang di benci dan yang tidak diterima.16

Dari sini terlihat jelas bahwa, dalam pendidikan harus ada seorang pendidik yang senantiasa memberikan petunjuk, membimbing mengarahkan, mengajak dan mendidik manusia (dalam hal ini peserta didik) ke dalam kebaikan. Dan bahkan seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk amar ma’ruf dan nahi munkar, yang menjadi pokok penting dari pokok-pokok agama.17

Islam juga menghendaki adanya profesionalisme seorang pendidik dalam mengelola pendidikan, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, yang berbunyi:

اذا وسد الأمر إلى غير اهله فانتظروا واالساعة. (رواه البخارى)

Artinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran. (HR. Bukhari)18


- Q.S. An-Nahl: 78

وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. (النحل : ۷۸)

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S. an-Nahl: 78)19


Tafsir Q.S. An-Nahl: 78

Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia membutuhkan pendidikan, karena setiap manusia dilahirkan dalam kondisi fitrah (suci) dan tidak mengetahui apapun, dan tanpa ilmu pengetahuan sedikit pun. Namun Allah mengaruniainya sarana atau potensi untuk mendapatkan ilmu, melalui pendengaran, penglihatan dan perasaan (hati).


- Q.S. al-‘Alaq: 1-19

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {١} خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {٢} اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ {٣} الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ {٤} عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ {٥} كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى {٦} أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى {٧} إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى {٨} أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَى {٩} عَبْداً إِذَا صَلَّى {١٠} أَرَأَيْتَ إِن كَانَ عَلَى الْهُدَى {١١} أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَى {١٢} أَرَأَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّى {١٣} أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَى {١٤} كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعاً بِالنَّاصِيَةِ {١٥} نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ {١٦} فَلْيَدْعُ نَادِيَه {١٧} سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ {١٨} كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ {١٩}

Tafsir Q.S. al-‘Alaq: 1-19

Pada dasarnya kandungan surat al-‘Alaq sudah memuat semua unsur pendidikan. Pada ayat 4 dan 5 dijelaskan bahwa pendidik pertama adalah Allah SWT. Allah mengajar manusia menulis dengan menggunakan pena. Dia memberikan pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya. Kemudian kata insan (manusia) dalam ayat 5, dimaksudkan sebagai peserta didik, yaitu semua manusia merupakan peserta didik tanpa batas waktu dan tempat. Pada ayat 1, 5 dan 19, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah agar manusia mempunyai pengetahuan sehingga dapat beribadah dan bersujud serta mendekatkan diri kepada-Nya. Itu berarti bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan rida-Nya.

Secara eksplisit surat al-‘Alaq juga menjelaskan tentang materi pendidikan, hal ini dapat dilihat pada ayat 1 dan 3 (yang menjelaskan tentang materi membaca). Membaca merupakan materi pertama yang disebutkan di dalam surat al-‘Alaq. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang pertama kali harus diberikan kepada peserta didik adalah membaca. Hal ini sesuai dengan perkembangan daya serap dan jiwa peserta didik. (sebagaimana telah ditegaskan dalam Surat an-Nahl: 78) bahwa manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu pendengaran, penglihatan dan perasaan (hati).

Dalam ayat ini tidak dijelaskan objek yang harus dibaca. Akan tetapi dapat kita kaji bahwa kata اقْرَأْ yang berasal dari akar kata قراءة, menurut Quraisy Shihab pada hakikatnya mengandung arti menghimpun, yaitu menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya dan sebaginya.20

Perintah membaca dalam surat ini berkonotasi umum, yakni membaca apa saja yang dapat dibaca dan berguna, baik untuk diri si pembaca maupun umat manusia umumnya. Tidak peduli apakah yang dibaca itu tertulis atau tidak tertulis, seperti membaca atau meneliti alam semesta.21

Dengan pemahaman inilah, maka materi pendidikan tidak hanya membaca. Akan tetapi, lebih luas cakupannya yaitu meliputi ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Sehingga islam pernah mengalami masa keemasan dan kejayaan dalam berbagai bidang pengetahuan.

Pada ayat 4 secara implisit menjelaskan tentang materi menulis. Allah menegaskan bahwa Dia telah mengajarkan menulis kepada manusia dengan menggunakan qalam, yaitu alat tulis yang pertama kali dikenal dalam dunia pendidikan. Menulis merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Setelah ditulis, pengetahuan tersebut dapat diwarisi oleh generasi berikutnya sehingga generasi selanjutnya dapat meneruskan dan mengembangkan lebih lanjut ilmu-ilmu yang telah dirintis oleh generasi sebelumnya. Sebagaiman ucapan imam Syafi’i sebagai berikut:

العلم صيد والكتاب قيده ٭ قيد صيودك بالحبال الواثقة ٭

Ilmu pengetahuan adalah binatang buruan dan tulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu, ikatlah buruan dengan tali yang teguh”.22

Sedangkan ayat 2 menjelaskan bagaimana mengenal diri melalui proses penciptaan secara biologis. Ayat ini menjelaskan tentang penciptaan manusia secara fisik yang bermula dari al-‘Alaq. Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu yang mempelajari manusia dari sudut fisiknya disebut dengan ilmu biologi. Oleh karenanya, wahyu pertama ini mengajak umat manusia agar merenungkan sejenak asal-usul kejadian mereka (manusia) dari sudut biologis agar mereka mau menyadari kondisi dan hakikat mereka yang sebenarnya. Dengan demikian mereka tidak akan membangkang, tetapi selalu tunduk, sujud dan mendekatkan diri kepada pencipta mereka sendiri.

Secara eksplisit pula, methode pendidikan yang tergambar dalam surat al-‘Alaq adalah sebagai berikut:

    1. Pembiasaan dan pengamalan

    2. Mau’izah (pada ayat 19)

    3. Targib wa Tarhib (ayat 8, 15-18) dan

    4. Hiwar Khitabi Ta’ridi (ayat 9-10) 23

- Q.S. Adz-Zariyat: 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. (الذاريات: ٥٦)

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Q.S. Adz-Zariyat: 56)


Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Artinya pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia menjadi manusia menghambakan diri kepada Allah yaitu beribadah kepada Allah SWT dan untuk mendapatkan Rida-Nya.24


  1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber pendidikan yang paling utama. Pendidikan dalam bahasa arab mempunyai tiga bahasa yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga kata tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Akan tetapi yang paling tepat untuk istilah pendidikan adalah kata tarbiyah sebab memilki arti yang luas yang meliputi mendidik, mengajar, mengasuh, membimbing dan lain sebagainya. Sementara pendidik pertama dan yang utama adalah Allah SWT. Dai-lah raja yang memelihara, memiliki dan mendidik (mengasuh) manusia dan makhluk lainnya. Dalam menyampaikan wahyu-Nya, Allah SWT mengutus para Rasul, yaitu manusia yang sempurna, insan kamil, yang dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu melalui bimbingan dan pendidikan. Tidak hanya itu saja, para Rasul juga dibekali dengan sifat-sifat yang terpuji sebagai panutan atau pendidik bagi setiap umatnya. Sifat-sifat yang ada pada diri Rasul inilah yang harus dimiliki oleh setiap pendidik.

Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan ke bumi dalam keadaan fitrah (suci), tidak tahu apa-apa dan tidak memiliki ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, setiap manusia (peserta didik) mempunyai tanggungjawab terhadap pendidikan itu sendiri, yaitu dengan memelihara dan mengembangkan fitrah tersebut. Berkenaan dengan ini, maka pendidikan harus bertujuan untuk: memelihara pertumbuhan fitrah manusia; mengarahkan perkembangan fitrah manusia menuju kesempurnaan; mengembangkan potensi insani dan melaksanakan usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak; dan mengarahkan manusia agar selalu menghambakan diri kepada Allah yaitu beribadah kepada Allah SWT dan untuk mendapatkan Rida-Nya. Islam juga tidak mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum, karena pada dasarnya semua ilmu hanya milik Allah semata.

  1. PENUTUP

Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini lebih sempurna dan komprehensif.















Aziz, Erwati., Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka MAndiri, 2003


Achmadi, Prof. Dr., Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanis Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005


Abi Bakr al-Suyuti, Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman., al-Jami’ as-sagir fi Ahadis al-Basyir al-Nazir, Juz. 1, Darul Fikr, tth


Al-Attas, Naguib., Konsep Pendidikan Islam, Terj. Haidar Baqir, Bandung: Mizan, 1986


An-Nahlawi, Abdur-Rahman., Usulut Tarbiyah Islamaiyyah wa asalibiha fil-Madrasati wal-Mujtama, Darul Fikr, Damasyik, 1979


Al-Hasyim, Abdul Mahid., Mendidik Ala Rasulullah, Terj. Ibnu Ibrahim, cet. 1, Jakarta: pustaka Azzam, 2001


An-Nahlami, Abdurrahman., Prinsip-prinsip dan Methode Pendidikan Islam, dalamKeluarga, di sekolah dan MAsyarakat, Bandung: CV. Diponegoro, 1992


Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi., Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, Jil. 2, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002


-------------------------------., Tafsir al-Bayyan, Jil. 1, Jakarta: al-Ma’arif, 1977


Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim, Prof. Dr. H. (Hamka)., Tafsir al-Qur’an, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981


H. Jalaluddin, Prof. Dr.., Teologi Pendidikan Islam, Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada, 2001


Jalal, Abdul Fatah., Azaz-azaz Pendidikan Islam, Bnadung: Diponegoro, 1988


Langgulung, Prof. Dr. Hasan., Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT Pustaka al-Husna Baru, 2003


Muchtar, Heri Jauhari, Drs., Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005


Republik Indonesia, Departemen Agama., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994


Syihab, M. Quraisy, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002


Tafsir, Ahmad, Dr., Ilmu Pendidikan dalan Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004

1 Erwati Aziz., Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka MAndiri, 2003, hlm. 1

2 Prof. Dr. Hasan Langgulung., Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT Pustaka al-Husna Baru, 2003, hlm. 42

3 Prof. Dr. H. Jalaluddin., Teologi Pendidikan Islam, Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada, 2001, hlm. 112

4 M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 32

5 Departemen Agama RI., al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo, 1994, hlm. 14

6 Prof. Dr. Achmadi., Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanis Teosentris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 17

7 Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman Abi Bakr al-Suyuti., al-Jami’ as-sagir fi Ahadis al-Basyir al-Nazir, Juz. 1, Darul Fikr, tth, hlm. 14

8 Naguib al-Attas., Konsep Pendidikan Islam, Terj. Haidar Baqir, Bandung: Mizan, 1986, hlm. 112

9 Erwati Aziz, Op. Cit, hlm. 25

10 Abdur-Rahman an-Nahlawi., Usulut Tarbiyah Islamaiyyah wa asalibiha fil-Madrasati wal-Mujtama, Darul Fikr, Damasyik, 1979, hlm. 13-14

11 Drs. Heri Jauhari Muchtar., Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 14

12 Abdul Mahid al-Hasyim., Mendidik Ala Rasulullah, Terj. Ibnu Ibrahim, cet. 1, Jakarta: pustaka Azzam, 2001, hlm. 133

13 Abdurrahman an-Nahlami., Prinsip-prinsip dan Methode Pendidikan Islam, dalam Keluarga, di sekolah dan Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro, 1992, hlm. 18

14 Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur, Jil. 2, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002, hlm. 1766-1767

15 Drs. Heri Jauhari Muchtar Op. Cit, hlm. 14

16 Prof. Dr. H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka)., Tafsir al-Qur’an, Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1981, hlm. 40

17 Prof. TM. Hasbi ash-Shiddieqy., Tafsir al-Bayyan, Jil. 1, Jakarta: al-Ma’arif, 1977, hlm. 311

18 Dr. Ahmad Tafsir., Ilmu Pendidikan dalan Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004, hlm. 113

19 Drs. Heri Jauhari Muchtar Op. Cit, hlm. 14

20 M. Quraisy Syihab, Op. Cit, hlm. 10-11

21 Erwati Aziz., Op. Cit, hlm. 72

22 Erwati Aziz., Op. Cit, hlm. 75

23 Di dalam surat al-‘Alaq metode ini disebut secara implicit, yakni dari cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5), Jibril menyuruh Nabi mengucapkan Iqra sampai sebanyak 3 kali dan bahkan sampai Nabi hafal. Mau’izah, secara bahasa berakar dari kata wa’ada-ya’idu-mau’idatan-‘idatan-wa’dan berarti mengingat terhadap apa yang melembutkan hati dari pahala dan siksaan. Atau dengan kata lain memberitahukan seseorang tentang sesuatu yang baik dan yang jahat. Targib dan Tarhib adalah dua metode pendidikan yang berlawanan, atau disebut juga al-wa’id dan al-wa’id atau janji dan ancaman. Hiwar Khitabi Ta’ridi, dimaksudkan agar pendidikan Islam berusaha mengembangkan daya nalar dan kerja otak serta menumbuhkan perasaan halus dan peka di dalam diri umat.

24 Abdul Fatah Jalal., Azaz-azaz Pendidikan Islam, Bnadung: Diponegoro, 1988, hlm. 119

Tidak ada komentar: