Selasa, 09 September 2008

METODE ILMIAH

  1. PENDAHULUAN

Suatu ciri khas pada manusia adalah rasa keingintahuan pada sesuatu dan setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu maka segera kepuasannya disusul lagi dengan kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi tanpa ada kepuasan mutlak untuk menerima realitas yang dihadapi.1 Pengetahuan merupakan rangkaian pemikiran yang menghubungkan antara pemikiran, renungan, gagasan, dengan fakta yang ada. Pemikiran ini dapat diilhami berdasarkan pengalaman yang sering terjadi dan berulang-ulang dalam kehidupan. Pengetahuan dapat disebut ilmu atau sains jika pengetahuan tersebut menjelaskan suatu obyek dalam hubungan kausalitas (sebab-akibat) dengan menggunakan metode tertentu yang sistematis. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar dalam pengertian ilmu atau sains maka diperlukan penelitian atau kajian dengan menggunakan metode ilmiah.

Tidak semua pengetahuan yang dikembangkan manusia dapat dikategorikan sebagai ilmu (science). Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang menjelaskan suatu obyek dalam hubungan kausalitas dengan menggunakan metode-metode yang sistematis. Pengetahuan akan menjadi ilmu apabila pengetahuan tersebut disusun berdasarkan logika-logika tertentu dan bisa diuji secara empiris melalui peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari.2

Pengertian ilmu sebagai aktivitas penelitian perlu diurai lebih lanjut agar dapat dipahami sebagai unsur dan cirinya yang lengkap. Penelitian sebagai suatu rangkaian aktivitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode. Untuk menegaskan bidang keilmuan itu lazim dipakai istilah metode ilmiah (Scientific Method). Setiap disiplin ilmu memiliki metode ilmiah yang sama, perbedaannya terletak hanya pada teknik dan caranya saja. Dengan demikian semua ilmu mempunyai persamaan dalam metode umum untuk mencapai pengetahuan yang dapat dipercaya (reliable). Metode ilmiah itulah yang membedakan apakah suatu disiplin ilmu merupakan Ilmu (science) atau bukan ilmu, dengan kata lain hanya sekedar pengetahuan (knowledge) saja.

  1. PEMBAHASAN

    1. Pengertian Metode Ilmiah

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.3 Melalui pengertian secara etimologi sudah dapat dibaca arah pengertian secara terminologi. Selanjutnya Solly Lubis memberikan penjelasan, jika metode digabungkan dengan kata ilmiah,4 metode yang dimaksud di sini adalah cara kerja untuk memahami atau mawas objek yang jadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Sementara menurut Senn, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun S Suriasumantri, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistemik.5 Sementara J.S Suriasumantri menjelaskan, sebagai wacana awal dalam memahami metode ilmiah, metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.6

Dari beberapa pendapat di atas kiranya dapat ditarik benang merah bahwa yang dimaksud metode ilmiah, atau dengan kalimat lain metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran dan mengenal langkah-langkah tertentu.

Selanjutnya dari kata metode berkembang dengan kata metodologi yang memiliki makna sederhana ilmu tentang metode. Dengan kalimat lain metodologi adalah kajian atau studi mengenai langkah- langkah dan aturan-aturan yang terdapat dalam metode ilmiah.7 Berarti dapatlah dipahami metodologi dari sudut pandang filsafat sebagai bagian dari epistemologi karena berisi bagaimana cara memperoleh dan menyusun pengetahuan yang benar berdasarkan metode ilmiah (scientific method).

Dengan adanya metode ilmiah diharapkan pengetahuan yang diperoleh akan memiliki karakter pengetahuan ilmiah atau dalam istilah lain disebut pengetahuan sains.8 Ahmad Tafsir menjelaskan pengetahuan sains memiliki paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya disebut paradigma positif (Positivistic Paradigma) dan metodenya disebut metode ilmiah. Formula utama dalam pengetahuan sains ialah buktikan bahwa itu logis dan di tunjukan bukti empirisnya. Nampaknya pendapat itu muncul dari filsafat positivisme yang menggabungkan antara rasionalisme dan empirisme.

Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah dan cara teknis untuk memperoleh ilmu baru atau mengembangkan ilmu yang ada. Dalam The World of Science Encyclopedia, metode ilmiah diartikan sebagai “The procedures used by scientist in the systematic pursuit of new knowledge and the reexamination of existing knowledge“, artinya : prosedur yang digunakan oleh para ilmuwan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada.

Dalam Dictionary of Behavioral Science memberikan definisi metode ilmiah sebagi berikut: “The teqniques and procedures of naturalistic observation and experimentation used by scientist to deal with fact , data and their interpretation according to certain principles and precept”. Maksudnya: Teknik-teknik dan prosedur-prosedur pengamatan dan percobaan yang menyelidiki alam yang digunakan oleh ilmuwan-ilmuwan untuk mengolah fakta, data, dan penafsirannya sesuai dengan azaz-azaz aturan tertentu.9

Burhanudin menyebutkan bahwa metode ilmiah merupakan sintetis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris.10 Apabila seseorang berpijak atas dasar empiris dalam langkah pemikirannya, dia akan menemukan masalah untuk menyadarkan dirinya sendiri bahwa banyak fenomena kehidupan secara riil adalah sebuah masalah. Sebagai contoh mengapa air mendidih dan membeku? apa penyebabnya? Bagaimana dampaknya? Ranah rasional dan empiris dalam metode ilmiah membawa kita pada langkah-langkah dan proses kegiatan ilmiah.


    1. Kerangka Berpikir dan Langkah Sistematis Metode Ilmiah

Prosedur yang merupakan metode ilmiah sesungguhnya tidak hanya mencakup pengamatan dan percobaan. Masih ada banyak prosedur yang dianggap pola-pola metode ilmiah, yakni :

      • Analisis (analysis),

      • Pemerian (description),

      • Penggolongan (classification),

      • Pengukuran (measurement),

      • Perbandingan (comparison),

      • Survai (survey).

Metode ilmiah juga berkaitan dengan logika, oleh karenanya hal-hal yang berkaitan dengan logika merupakan kategori metode ilmiah seperti prosedur-prosedur yang tergolong metode logis,yakni :

      • Deduksi (deduction),

      • Abstraksi (abstraction),

      • Penalaran analogis (analogical reasoning),

      • Analisis logis (logical analysis).

Metode ilmiah juga meliputi suatu rangkaian langkah-langkah yang tertib. Dalam literatur metodologi ilmu tidak ada keseragaman dalam menentukan jumlah, bentuk, dan urutan langkah-langkah secara pasti. Dari tiga langkah yang sederhana sampai sebelas langkah yang rumit dan teliti.

George Abell merumuskan metode ilmiah sebagai suatu prosedur khusus dalam ilmu yang mencakup tiga langkah berikut :

  1. The observation of phenomena or the result of experiments (Pengamatan gejala-gejala atau hasil-hasil dari percobaan-percobaan).

  2. The formulation of hypotheses that describe these phenomena and that are consistent with the body of knowlwdge available. ( Perumusan pangkal-pangkal praduga yang melukiskan gejala-gejala ini, dan yang berkesesuaian dengan kumpulan pengetahuan yang ada).

  3. The testing of these hypothesee by noting whether or not they adequately predict and describe new phenomena or the result of new experiments.11 (Pengujian pangkal praduga ini dengan mencatat apakah mereka secara memadai meramalkan dan melukiskan gejala-gejala baru atau hasil-hasil percobaan yang baru).

Israel Rose12 mengatakan bahwa metode ilmiah berpangkal pada percobaan dan pengamatan yang membentuk suatu siklus yang terdiri dari empat langkah untuk mencari kesimpulan-kesimpulan umum :

        1. Experiment and or observation of phenomena. (Percobaan-percobaan dan atau pengamatan gejala-gejala).

        2. General concluctions induced from step 1. (Kesimpulan-kesimpulan umum yang diperoleh dari langkah satu).

        3. Specific concluctions deduced from the general concluctions of step 2. (Kesimplan-kesimpulan khusus yang diturunkan dari kesimpulan-kesimpulan
          umum dari langkah dua).

        4. Verivication of the concluctions step 3. (Pemeriksaan kebenaran kesimpulan-kesimpulan dari langkah tiga).

Meskipun pendapat para ahli berbeda dalam menentukan langkah-langkah metode ilmiah sampai delapan langkah tersebut dan dirumuskan berbeda beda namun terdapat empat sampai lima langkah yang merupakan pola umum yang senantiasa dilakukan dalam penelitian. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode adalah sebuah prosedur atau cara, sehingga metode ilmiah memiliki langkah-langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah yang berintikan proses Logiko,Hipotetiko Verifikatif ini pada dasarnya memiliki langkah-langkah sebagaimana berikut : Perumusan masalah, Perumusan langkah berfikir dalam pengajuan hipotesis, Perumusan hipotesis, Pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.13

  1. Perumusan masalah.

Dalam tahap ini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita kaji dengan ruang lingkup dan batasan serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang ada di dalamnya

  1. Perumusan langkah berpikir dalam pengajuan hipotesis.

Tahap ini berupa argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling berkaitan dan membentuk konstelasi permasalahan.

  1. Perumusan hipotesis.

Merupakan jawaban sementara atas dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan, formula logis dan empiris

  1. Pengujian hipotesis.

Tahap ini merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

  1. Penarikan kesimpulan.

Merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengkajian terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis diterima. Sebaliknya dalam pengujian tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian dianggap sebagai bagian dari pengetahuan sains atau ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, atau dengan kata lain telah menjadi teori ilmiah.14

Acap kali langkah ini harus dilaksanakan dengan cermat, namun dalam pelaksanaannya kita tidak hanya terpaku pada urutan langkah secara tertib, karena dalam prakteknya terkadang ada lompatan-lompatan dalam melangkah tergantung kasus-kasus yang dihadapi. Bahkan adanya sebuah langkah bukan hanya sebagai landasan bagi langkah yang lainnya akan tetapi bisa menjadi alat koreksi untuk langkah-langkah yang lainnya.

Melalui tahapan-tahapan tersebut diharapkan lahir sebuah pengetahuan yang bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya serta teruji kebenarannya secara empiris. Mengenai syarat teori ilmiah di antaranya :

  1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.

  2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris. Sebab teori ilmiah yang tidak didukung dengan pengujian yang empiris tidak dapat diuji keabsahannya.

Di samping itu terdapat beberapa aspek pendekatan lain. Aspek tersebut adalah : Asumsi yang dibuat ilmuwan, Sikap para ilmuwan dan Teori ilmiah.15

  1. Asumsi yang dibuat ilmuwan.

Asumsi dasar yang dibuat ilmuwan menyatakan kejadian-kejadian yang mereka kaji bersifat taat hukum atau tertib. Ilmu didasarkan pada keyakinan bahwa semua gejala alam mempunyai faktor anteseden ( yang mendahului atau sebab ) yang dapat diketahui melalui pengamatan. Asumsi tersebut juga disebut determinisme universal.

Asumsi lainnya bahwa kebenaran dapat diperoleh secara tuntas hanya dari pengamatan langsung. Keyakinan terhadap pengamatan empiris inilah yang membedakan antara ilmu (science) dengan yang bukan ilmu (non science). Ilmuwan tidak pernah menggantungkan diri pada orang yang mempunyai otoritas sebagai sumber kebenaran, melainkan terus mencari dan berusaha mengumpulkan bukti-bukti yang relevan.

  1. Sikap para ilmuwan.

      • Sikap khusus para ilmuwan dalam menekuni pekerjaannya adalah : Ilmuwan
        pada dasarnya adalah orang yang sangsi dan meragukan data pengetahuan.
        Hasil penyelidikan dianggap bersifat sementara sebelum dibuktikan keabsahannya.

      • Ilmuwan bersifat obyektif dan tidak memihak.

      • Ilmuwan berusaha dengan fakta-fakta bukan dengan nilai-nilai.

      • Ilmuwan tidak puas dengan fakta yang terpisah-pisah, melainkan terus berusa
        menyatukan dan menyusun hasil-hasil penyelidikan secara sistematis.

  1. Teori ilmiah.

Para ilmuwan melalui penyelidikan empiris, mengumpulkan beberapa fakta dan fakta tersebut disatukan, disusun serta dikelompokkan dengan maksud agar hasil-hasil penyelidikan yang terpisah menjadi lebih bermakna. Teori dilukiskan sebagai suatu himpunan pengertian (contruct atau konsep) yang saling berkaitan. Batasan serta proporsi yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan jalan menetapkan hubungan yang ada di antara variabel-variabel dan dengan tujuan untuk menjelaskan serta meramalkan gejala tersebut.16

Untuk memperjelas dan mempertegas segenap unsur metode ilmiah atau scientific method dapat diurai sebagai berikut :

  1. Pola Prosedural :

      • Pengamatan

      • Percobaan

      • Pengukuran

      • Survei

      • Deduksi

      • Induksi

      • Analisis, dan lainnya.

  1. Tata Langkah :

      • Penentuan masalah

      • Perumusan hipotesis (Jika perlu)

      • Pengumpulan data

      • Penurunan kesimpulan

      • Pengujian hasil

  1. Teknik-Teknik :

      • Daftar pertanyaan

      • Wawancara

      • Perhitungan

      • Pemanasan, dan lainnya

  1. Aneka Alat :

      • Timbangan

      • Meteran

      • Komputer dan lainnya.


  1. KESIMPULAN

Demikian bahasan sederhana mengenai metode ilmiah. Acap kali pengertian metode disamakan dengan pendekatan maupun teknik Metode, teknik maupun pendekatan merupakan tiga hal yang berbeda meskipun berkaitan erat satu sama lain. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah itu dilaksanakan dengan cara-cara operasional dan teknik yang lebih rinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan teknik. Jadi teknik suatu cara operasional teknis yang sering kali bersifat rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Sebagai contoh dalam penelitian ilmu sosial dapat menggunakan metode survei. Teknik yang digunakan dalam metode ini antara lain ialah teknik lapangan (field work), pemeriksaan setempat (investigation), daftar pertanyaan (questionaire), dan wawancara (interview). Dalam ilmu Alam seperti fisika dan kimia, penelitian terhadap suatu materi dapat menggunakan metode pengukuran, sedangkan teknik-tekniknya misalnya pemanasan atau teknik tekanan. Berbagai macam teknik penelitian biasanya memakai pula bantuan alat-alat seperti komputer ataupun laboratorium.

Pendekatan dalam menelaah sesuatu dapat dilakukan dengan menggunakan sudut tinjauan berbagai macam disiplin ilmu misalnya: ekonomi, politik, sosial, budaya, psychologi, agama dn sebagainya.


  1. PENUTUP

Demikian makalah ini kami buat, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna dan komprehensif. Dan besar harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.





DAFTAR PUSTAKA



Abell, George, Exploration of the universe, 2nd ed.,1969


Ainurrofiq, Pengkajian Ilmiah, (Pusdiklat Depag: Jakarta,1996)


Furchan, Arif, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, ( Usaha Nasional : Surabaya, 1982 )


Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, (Liberty: Jakarta, 2004)


Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia: Jakarta, 1977)


Lubis, Solly, SH, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Mandar Maju: Bandung, 1994)


Rose, Israel H., A Modern Introduction to College Mathematics,1959


Salam, Burhanudin, Logika Materiil,Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Rineka Cipta: Jakarta,1997), cet-I


Sanusi, Anwar, Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi, (Buntara Media: Malang, 2003) cet. I.


Suriasumantri, Jujun. S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 1998), cet-II.


Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra, (Rosda: Bandung, 1999), cet.-9

1 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Gramedia: Jakarta,1977 ) hlm.8.

2 Anwar Sanusi, Metodologi Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi, (Buntara Media: Malang, 2003 ) cet. I hlm.1.

3 Prof. DR. Solly Lubis,SH, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Mandar Maju: Bandung,1994 ), hlm.21

4 Ibid, hlm. 21

5 Jujun. S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Pustaka Sinar Harapan: Jakarta 1998), cet-II, hlm.119.

6 Ibid., hlm. 119

7 Solly Lubis, Op.Cit., hlm.22.

8 Prof.DR. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Chapra, (Rosda:Bandung, 1999), cet.-9, hlm.16

9 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Liberty: Jakarta, 2004), hlm.118.

10 Burhanudin Salam, Logika Materiil,Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Rineka Cipta: Jakarta ,1997), cet-I, hlm.106.

11 George Abell, Exploration of the Universe, 2nd ed.,1969, hlm. 681

12 Israel H. Rose, A Modern Introduction to College Mathematics, 1959, hlm.66

13 Solly Lubis, Filsafat Ilmu, hlm.23

14 Burhanudin Salam, Logika Materiil, hlm.108

15 Ainurrofiq, Pengkajian Ilmiah, (Pusdiklat Depag: Jakarta,1996) hlm.7.

16 Arif Furchan , Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Usaha Nasional: Surabaya, 1982) hlm.33.

Tidak ada komentar: