Selasa, 09 September 2008

AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN

  1. PENDAHULUAN

Al-Qur'an adalah suatu mukjizat yang terbesar karena sebagai sumber kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat, hal ini terbukti dengan perhatian yang sangat besar terhadap ayat-ayat al-Qur'an, yang mana pada perkembangan islam dijadikan sebagai sumber ilmu. Isi kandungan al-Qur’an menyangkut semua segi kehidupan manusia baik di bidang ibadah yang menyangkut hablum minal-laha, hablum minan-nas dan hablum minal ‘alam. Disamping itu, al-Qur’an juga dijadikan sebagai sumber kehidupan manusia baik di bidang ilmu pengetahuan, bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penting kiranya kita sebagai ummat Islam untuk mengkaji secara mendalam maksud dan isi kandungan al-Qur’an untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Dalam makalah kali ini, kami akan mencoba mengkaji ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan. Tentunya dengan kita mengkaji ayat-ayat tersebut diharapkan kita semakin bertambah iman dan ketaatan kita terhadap kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bagaimanakah ayat-ayat al-Qur’an mengenai ilmu pengetahuan itu sendiri?


  1. PEMBAHASAN

Ada beberapa ayat al-Qur’an yang dapat kita jadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, diantaranya adalah:

    1. QS Al- Mujadalah ayat 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Mujadalah: 11)


Maksudnya ayat ini adalah menerangkan tentang sopan santun dalam menghadiri majlis Nabi pada masa Rasulullah. Orang yang hendak mendengarkan ajaran dan hikmah maka akan duduk mengelilingi, ada yang datang lebih dulu dan juga ada yang datang belakangan, situasi seperti ini tentunya akan menyulitkan orang yang datang belakangan, untuk itulah dianjurkan oleh Rasul agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian.

Kata “Dan jika dikatakan kepada kamu berdirilah maka berdirilah”. Ar-Rozi berpendapat bahwa :

  • Jika disuruh orang kamu berdiri untuk memberikan tempat kepada yang lain yang lebih patut duduk di tempat yang kamu duduki, segeralah berdiri.

  • Jika disuruh berdiri karena kamu sudah lama duduk agar orang lain yang belum mendapat kesempatan diberi peluang/kesempatan.


Kata “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Maksudnya adalah:

  • Seseorang disuruh melapangkan majlis yang berarti melapangkan hati karena orang yang berlapang hati ini yang akan diangkat Allah SWT imannya dan ilmunya, sehingga derajatnya bertambah baik.

  • Orang akan diangkat Allah derajatnya lebih tinggi dibandingkan orang lain, karena iman dan juga ilmunya. Iman akan memberi cahaya pada jiwa (moral) dan ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata.




    1. Q.S. Al-Fatir Ayat 27

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفاً أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ.

Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat”. (Q.S. al-Fatir: 27)


Tafsirnya:

Kata “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan”. Maksudnya adalah perhatian kita terhadap hujan dan terhadap air. Hujan terjadi karena angin yang kemudian membentuk awan lalu turun menjadi hujan.

Kata “Maka kami keluarkan dengan dia buah-buahan yang berbagai warnanya”. Artinya, dengan sebab turunnya air dari langit (hujan) maka akan suburlah bumi dan diantaranya keluarlah dari dalam bumi berbagai macam dan berbagai jenis buah-buahan, semuanya adalah simpanan bumi. Simpanan itu tidak akan keluar kalau bumu tidak subur dan bumi tidak subur kalu hujan tidak turun.

Kata “Dan dari gunung itu ada garis-garis putih dan merah, belahan warnanya dan yang pekat hitam”. Artinya bahwa dari dalam bumi juga dapat diambil (besi, tembaga, perak, emas, dan lain sebagainya).


Dalam penafsiran lain disebutkan bahwa ayat ini menunujkan tentang bukti-bukti kekuasaan Allah SWT dan mengajak setiap orang untuk berpikir dan memperhatikan ciptaan-Nya, bahwa Allah menurunkan dari langit air hujan lalu dengan air hujan itu Allah mengeluarkan yakni menghasilkan jenis-jenis buah-buahan yang beraneka ragam/macam warna, bentuk, rasa dan aromanya. Seandainya ynag melakukan itu nature/alam tentu hal tersebut tidak akan beragam dan bermacam-macam.

Keragaman dan perbedaan juga terjadi pada yang lebih kokoh yaitu gunung-gunung yang memiliki jalur garis-garis yang terlihat berwarna putih dan juga yang merah yang kejelasan warna dan keburamannya beraneka macam disamping merah dan putih dan ada yang hitam pekat.

Dalam ayat tersebut terdapat kata Judadun yaitu bentuk jamak dari kata Juddatun yaitu jalan, kata Baidhon bentuk jamak dari kata Abyadun, yaitu putih. Kata Suudun adalah bentuk jamak dari kata Aswadun yaitu hitam. Dan kata Khumrun adalah bentuk jamak dari kata Akhmar yaitu merah. Adapun kata Gharabibun adalah bentuk jamak dari Gharbibun yaitu pekat sangat (sangat hitam). Sebenarnya istilah yang tepat untuk dipakai adalah Sudun Gharbibun yaitu hitam pekat.

Menurut tafsir al-Munthalihah, kemukjizatan ayat ini dari segi ilmu pengetahuan bukan saja tampak ketika menyebutkan bahwa warna gunung yang bermacam-macam itu disebabkan adanya perbedaan materi yang dikandung oleh gunung-gunung itu saja. Juga mengkaitkan adanya jenis buah-buahan meskipun pepohonan yang disiram dengan air yang sama. Dengan penciptaan gunung-gunung yang beranekaragam warna merah, putih atau hitam, meskipun berasal dari suatu materi yang sama di dalam perut bumi.


    1. Q.S. al-Fatir Ayat 28

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ.

Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun”. (Q.S. al-Fatir: 28)


Kata “Dan dari antarea manusia dan binatang binatang melata dan binatang ternak beraneka warnanya pula”. Maksudnya bahwa di dunia ini ter dapa tiga kelompok besar makhluk pengisi bumi yaitu: Manusia dengan berbagai warna, bangsa dan bahasa; Binatang yang melata; dan Binatang ternak.

Kata ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah orang yang berilmu”. Maksudnya adalah bahwa semakin pandai manusia maka akan mengerti bagaimana kebesaran, kekuatan dan keagungan Allah SWT. Terasa kecil dirikita dihadapan kekuasan Allah, sehingga timbul rasa takut, dengan adanya rasa takut niscaya akan timbul ketaatan, lalu segala perintah-Nya dilaksanakan dan segala larangan-Nya di jauhi, inilah bentuk dari ketaqwaan.


    1. Q.S. An-Nahl Ayat 79

أَلَمْ يَرَوْاْ إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاء مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلاَّ اللّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.

Artinya: “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. an-Nahl: 79)


Kata “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas”. Maksudnya alangkah indahnya terbang dan merdu suaranya. Lihatlah sayapnya mengepak dan kadang-kadang menyongsong angin.

Kata “Tidak ada yang menahannya selain dari pada Allah”. Maksudnya dengan ilmu pengetahuan manusia diberi ilham dengan membuat kapal terbang sehingga dapat merasakan terbang seperti burung.

Kata “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman”. Maksudnya bahwa setelah manusia bisa membuat kapal terbang seperti burung, maka buatan manusia tetap tidak bisa seperti burung buatan Allah SWT. Begitu sempurnanya stiap ciptaan Allah SWT, seperti burung dapat terbang dan dapat pula berdiri, ekornya laksana kemudi bagi terbangnya. Sedangkan manusia hanya bisa membuat alat-alat yang mirip dengan burung yang bisa membuatnya terbang bukan manusia itu sendiri.


    1. Q. S. Al-Mulk Ayat 1

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Artinya: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. al-Mulk: 1)


Kata “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan”. Maksudnya tuhan memberi ingatan pada manusia dalam perebutan kekuasaan dan kemegahan di dunia ini, bahwasanya kerajaan yang sebenarnya kerajaan dan kekuasaan yang sebenarnya kekuasaan hanya ada dalam tangan tuhan (kekuasaan Tuhan).

Kata “Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Maksudnya Tuhan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai kekuasaan kapada sekalian raja dan penguasa di dunia di seluruh alam, Allah Yang Maha menentukan segala sesuatu.


    1. Q.S. Al-Mulk Ayat 2

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ.

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Q.S. al-Mulk: 2)


Kata “Yang menjadikan mati dan hidup”. Maksudnya bahwa Allah lah yang menciptakan mati dan hidup ini. Ini adalah sebagai peringatan bagi manusia yang terpesona hidup di dunai dan lupa akan mati padahal hidup tidak hanya berhenti di dunia saja.

Kata “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. Maksdunya manusia hidup harus banyak berbuat amal kebaikan sebagai bekal untuk mati.



    1. Q.S. al-Mulk ayat 3

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ.

Artinya: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”. (Q.S. al-Mulk: 3)


Kata “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis”. Maksdunya menurut Sayid Quthub, langit tujuh tingkat adalah iman kepada Allah SWT.

Kata “Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang”. Maksdunya bahwa semuanya dijadikan dengan teratur dan rapi.

Kata “Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang”. Maksudnya Allah menempatkan sesuatu sesuai dengan kodratnya, sesuai dengan perhitungan, dan hanya Allah yang tahu sehingga segala sesuatunya sesuai.


    1. QS al-Mulk ayat 4

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ حَسِيرٌ.

Artinya: “Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah”. (Q.S. al-Mulk: 4)


Kata “Kemudian pandanglah sekali lagi”. Maksdunya ayat ini menyuruh kita mengulangi penglihatan memperhatikan sekali lagi, dua, tiga kali lagi karena apabila ditambah mengulangi melihatnya akan terdapat keajaiban yang baru. Tentunya dalam hal ini, melihat sesuatu yang positif dan berguna untuk meningkatkan pengetahuan kita terhadap ilmu yang diberikan Allah SWT. Kita dituntut untuk menganalisis dan meneliti sesuatu dengan seksama agar kita mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui. Karena dari banyak hal yang kita tidak ketahui justru dari situ banyak ilmu pengetahuannya.

Kata “Niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu”. Maksudnya perasaan terlalu kagum akan kebesaran Allah SWT yang terlihat pada keadaan alam. Alam terdapat sifat-sifat Allah yang sempurna, indah dan mulia serta terdapat rasa kasih sayang dan perlindungan. Dengan itulah iman dan takwa kita akan semakin bertambah dan meningkat.

Kata “Dalam keadaan payah”. Maksudnya kagum akan kekuasaan Tuhan adanya rasa syukur karena diberi kemampuan berpikir, merasa dan menikmati kekayaan Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai ciptaan yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia diberi kelebihan yaitu akal. Dengan akal ini, manusia dituntut untuk berpikir luas terhadap ilmu pengetahuan yang ada di dunia.


    1. Q.S. Al-Mulk Ayat 5

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُوماً لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِير.ِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”. (Q.S. al-Mulk: 5)


Kata “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang”. Maksudnya Tuhan menghiasi langit kita dengan bintang-bintang yang bertaburan di langit.

Kata “Dan Kami jadikan bintang-bintang”. Maksudnya bintang-bintang yang indah laksana pelita/ penerang/perhiasan di langit.

Kata “Itu alat-alat pelempar setan”. Maksudnya Zyamakhsry berpendapat bahwa kilat pelempar setan itu adalah kepalsuan ramalan, menurut perhitungan bintang atau astrologi.

Kata “Dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”. Maksudnya adalah siksa neraka adalah siksa/azab yang sangat pedih.


  1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa al-Qur’an adalah sumber segala ilmu, dan sumber segala aspek kehidupan manusia. Ayat-ayat di atas merupakan sebagian dari ayat yang menerangkan tentang ilmu pengetahuan. Mulai dari bagimana tata cara/adab dalam mencari ilmu yaitu denga sopan santun, berakhlak baik. Dengan ilmu dan iman yang tinggi maka orang tersebut akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Disamping itu juga, dalam memperoleh ilmu pengetahuan, kita juga dapat menganalisis dari kejadian alam (sunatullah) yang terjadi, sunatullah inilah yang mengilhami adanya ilmu biologi, fisika, matematika, goeografi dan lain sebaginya. Manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan apabila menusia itu menggunakan akal dengan baik dan semaksimal mungkin, tanpa akal manusia maka ilmu tidak akan didaptkan, dan dengan akal inilah manusia diharapkan mengetahui ilmu yang diberikan Allah SWT, sehingga akan meningkatkan iman dan ilmunya.


  1. PENUTUP

Demikian makalah ini kami susun, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif agar makalah ini lebih komprehensif. Dan kurang lebihnya kami ucapkan mohon maaf dan terimakasih.



DAFTAR ISI


Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 2000

Hamka, Dr., Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984

Tidak ada komentar: